The Diagnose

Sesuai dengan buku petunjuk imunisasi dan jadwal Health Nurse Check aka posyandu, memasuki usia 2 tahun, Kiran pun saya daftarkan untuk di periksa.

Alhamdulillah secara keseluruhan pertumbuhannya baik dan dalam grafik normal, kecuali kemampuan bicara. Untuk usianya yang sudah 2 tahun, kata-kata yang diucapkan memang belum banyak. Saya pikir Kiran memang pendiam seperti daddy, tapi melihat rendahnya nilai pada metode pengecekan, hati saya pun mulai (lebih) kuatir.

Hasil Health Check, Kiran pun dirujuk ke Speech Patologist yang kebetulan memang ada di Children Center tempat kami periksa.

Hasil pemeriksaan, terapis tidak melihat ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Tetapi kalau sampai 6 bulan ke depan tidak ada perubahan, saya harus memeriksakan pendengaran Kiran.

6 bulan berlalu, tanpa banyak kemajuan.

Tes pendengaran dilakukan, dan hasilnya normal.

Hati kecil saya mulai berbisik dengan suara yang lebih keras, tapi saya juga ga tau harus kemana dan bagaimana.

Sampai suatu hari, guru di playgroup/occasional daycare tempat Kiran bermain pun menyampaikan kecurigaannya bahwa ada faktor lain yang mungkin dialami Kiran seperti;
– speech delay
– repetitive actions
– no eye contact
– emotional regulations
– …
– …

Rasanya dunia berhenti bergerak.

Saya tau kemana arah kecurigaan guru tsb.

Segala pikiran dan kekhawatiran pun muncul memenuhi isi kepala dan hati. Dan salah satu kekhawatiran utama saya: pandangan keluarga dan teman di tanah air.

Karena jujur saja, menurut saya masih banyak sekali orang yang menganggap bahwa disabilitas adalah aib, penyakit, yang pada banyak kesempatan harus disembunyikan.

Lalu kami pun disarankan menemui dokter untuk bisa memulai proses pemeriksaan. Dokter Umum pun memberi rujukan ke Dokter Spesialis Anak.

Alhamdulillah ga perlu tunggu lama, kami sudah langsung dapat jadwal untuk ketemu DSA. Beliau menyarankan untuk melakukan pemeriksaan berupa tes yang dilakukan oleh 2 orang dari profesi psychologist, speech patologist, psychiatrist atau DSA.

Kebetulan klinik tempat DSA bekerja memiliki fasilitas yang cukup lengkap, termasuk assessment yang kami butuhkan. Dan Alhamdulillah, lagi-lagi kami tidak perlu tunggu lama untuk mendapat jadwal temu.

Pemeriksaan ini bisa dilakukan secara gratis melalui fasilitas pemerintah di Women & Children Hospital. Tetapi, waktu tunggu pada saat itu adalah 12-18 bulan.

Ga kebayang rasanya harus deg-degan selama itu, jadi kami mengambil jalur swasta.

Biaya pemeriksaan sekitar $1300, harus dibayar dimuka sebelum pemeriksaan dimulai.

Hari itu, saya, Kiran dan M menemui tim pemeriksa. Saya dan M duduk bersama dengan salah satu pemeriksa, sedangkan Kiran diruang lain dengan pemeriksa lainnya. Sepertinya hampir 1 jam kami di dalam ruangan. Pertanyaan-pertanyaannya sungguh membuat saya antara pengen marah, pengen nangis sekaligus juga takjub.

Saya baru tau kalau ada mereka yang terganggu dengan kondisi-kondisi berikut;
– reaksi pada suara; vacuum cleaner, musik, keramaian
– reaksi pada cahaya
– kemampuan bermain dengan pasir, playdough, slime dan sejenisnya
– apakah Kiran harus memakai pakaian/sepatu yang sama setiap saat
– apakah tag pada pakaian mengganggunya
– kesulitan untuk tidur
– reaksi pada sentuhan, atau tekanan dibagian tubuh tertentu
– hanya mau memakan jenis makanan tertentu
– …
Dan sejuta pertanyaan yang luar biasa bikin saya mengerutkan kening.

Kemudian sesi pemeriksaan selesai, kami diminta menunggu diluar ruangan sementara mereka menyiapkan kesimpulan.

Dan kemudian, di bulan ulang tahunnya, menjelang hari ulang tahunnya yang ketiga;
Kiran was diagnosed with having Autism Spectrum Disorder.

Dan nafas pun rasanya henti…

Saat itu saya ga punya ruang untuk membantah, karena hati kecil saya tau kalau penamaan kondisi yang dilekatkan pada Kiran adalah benar adanya. Saya, ibunya, menyadari itu sepenuhnya.

Tetapi pemahaman saya pada kata Autis masih sangat sempit, dengan demikian membuat kekhawatiran saya pun menggila mengacak segala emosi dan tenang hati.

Tapi saya ga bisa hanya berdiam diri, saya harus cepat bergerak. Karena ini hidup Kiran, masa depannya yang harus saya bantu susun dengan baik.

They said, the early intervention really help them to navigate in life.

Dan babak baru perjalanan kami pun dimulai…